Archive

Archive for February, 2011

100 Hal yang Hanya Ada di (Kelas 1) SD Hikmah Teladan (4)

February 28, 2011 7 comments

16. Menjadikan Kelas sebagai Tempat Paling Nyaman untuk Berekspresi Bebas

Target nomor 1 alias target utama yang harus dicapai guru kelas 1 adalah menjadikan kelas sebagai tempat paling nyaman untuk berekspresi bebas. Sebagian besar pendidikan anak sekarang dipenuhi target. Selanjutnya stigma berkaitan dengan target-target tersebut. Sebagai sekolah (dengan visi) “Menjadi sekolah terdepan dalam menerapkan konsep pendidikan anak merdeka” maka yang utama bagi kami bagaimana anak-anak menikmati dirinya apa adanya. Tidak boleh ada halangan apapun untuk berekspresi, termasuk target-target, terutama stigma.

Apakah anak yang diterima di sini harus sudah bisa membaca? Ditanya seperti ini saya kerap menjawab, kalaupun memang dibikinkan syarat untuk masuk SD Hikmah Teladan, syarat itu adalah anak belum bisa membaca, belum bisa menulis, pendiam, superaktif, pembuat onar, atau yang lainnya yang tidak termasuk perilaku atau kemampuan normal. Yang normal, yang penurut, sudah pintar, sangat baik, biarlah di sekolah Islam Terpadu atau di sekolah negeri.

Target ini harus dicapai karena di kelas 2 sampai 6 anak-anak SD Hikmah Teladan harus mengevolusi diri menjadi anak yang menikmati kebebasan (kemerdekaan) berekspresi dan memperluas jangkauan ekspresi kebebasannya. Perhatikan amanah dari Misi SD Hikmah Teladan yang ke-2: Memelihara kemerdekaan anak dan memperluas jangkauan kemerdekaanya seiring tumbuh kembang yang dilalui anak. Jelas kan kenapa target utama di kelas 1 demikian?

SD Hikmah Teladan memastikan setiap anak naik kelas, jadi tidak dimasalahkan kalau ada guru yang menyisakan beberapa anak yang naik kelas 2 belum bisa baca, tulis, berhitung. Lah anak di kelas 5 saja ada yang belum lancer membaca tidak dimasalahkan, kenapa di kelas 1 dimasalahkan? Tapi sungguh dipermasalahkan kalau ada anak yang pemalu, pendiam, murung, atau selama di kelas 1 seratuspersen baik. Beda sekali anak yang pemalu dan anak yang malu-maluin. Yang berekspresi bebas itu anak yang malu-maluin, dan yang pemalu lah yang terkekang ekspresinya. Jadi, bila ada guru yang menyisakan anak pemalu, penakut, selalu mengalah, tahun ajaran berikutnya tidak akan direkomendasikan kembali menjadi guru kelas 1.

17. Belajar Membaca dengan Membaca Nyaring Bersama-Sama

Namanya juga sekolah alternatif dengan pembiayaan yang sesuai untuk kelas ekonomi menegah, hampir 100% murid SD Hikmah Teladan terlebih dahulu masuk Taman Kanak-kanak, dan dengan demikian hampir 90% sudah bisa membaca sebelum menjadi murid kami. Namun karena di sini semua anak harus eksis, maka kami menjalankan metode membaca yang tidak memilah anak menjadi yang sudah bisa membaca dengan yang belum. Menjadi minoritas dengan pencitraan negatif pula (belum bisa membaca), sungguh keterlaluan kalau harus ditanggung anak seusia itu. Metode itu adalah membaca nyaring bersama-sama.

Bagaimana dengan anak-anak yang sudah bisa membaca? Tidak ada masalah apapun. Ambil kata-kata atau kalimat yang akan dibaca dari buku-buku yang menarik, kutipan dari buku-buku milik anak, dari buku koleksi perpustakaan kelas, akan menafikan kejenuhan. Apalagi membaca bersama-sama dengan menirukan atau menggunakan intonasi dan logat yang beragam. Wow, luarbiasa menyenangkan!

Menjadi alasan kuat untuk memustahilkan kejenuhan adalah juga program Wisata Buku. Program belanja buku bersama-sama semua teman kelas satu ini menjadi hal yang mengukuhkan alasan kita bisa membaca: mencintai buku! Semua mafhum betapa alasan ini tidak digubris. Artinya, anak-anak itu sungguh haus (atau kalau tidak, mereka perlu dibuat haus) untuk memiliki, bercengkrama, dan entah kapan akhirnya menjadi pembaca buku yang tekun.

Sampai kapan belajar membaca menggunakan metode membaca nyaring bersama-sama ini berlangsung? Jawabannya sampai semua anak bisa membaca. Mungkin selama di kelas satu, mungkin hanya beberapa bulan, mungkin dilanjutkan dilanjutkan di kelas 2.

18. Isi Tas Tanpa Buku

Hal yang belakangan saya ketahui tentang SD Hikmah Teladan adalah berbagai keseharian yang menjadi bukti keberadaan prinsip-prinsipnya. Salah satu di antaranya tentang isi tas anak-anak kelas 1: tempat minum/makan, tempat pensil dan/atau pensil (kadang ditinggal di sekolah), buku ABaTsa, mainan, buku tabungan. Isi tas yang aneh bukan? Tak diragukan ini cuma bisa terjadi di SD Hikmah Teladan.

Prinsip yang melatari isi tas demikian adalah keyakinan kami bahwa orangtualah yang membentuk karakter anak. Sekolah menjadi ruang demokratis bagi pertemuan keragaman karakter.  Tugas kedua sekolah adalah menguatkan kemampuan berpikir. Memajukan dan membela rasionalitas. Tidak ada yang bisa menjembatani perbedaan karakter dalam rentang waktu yang panjang dan dengan intensitas pertemuan seperti anak-anak di sekolah kecuali kemampuan berpikir. Di sekolah, pikiran yang terbuka lahir dari berpikir anilitik dan kritis. Kok jadi ngawur. Begini maksud saya, sudahlah jangan mengintervensi hal yang sudah jelas merupakan kewenangan orangtua. Begitu juga karena sukses itu lebih ditentukan karakter daripada pengetahuan akademik (IQ), marilah jadi sekolah yang tidak arogan dan kemaruk. Arogan karena kita mengatakan IQ lebih penting dari karakter sehingga masih membebankan urusan akademik ke rumah (orangtua). Arogan karena ketika agama, psikologi, budaya mengatakan yang membentuk karakter itu orangtua, sekolah masih berkepentingan melakukan peran yang sama. Berikutnya, kemaruk karena sudah semakin hari semakin banyak sekolah menggunakan waktu anak, kita masih mencuri waktu anak di rumah, waktu untuk bercengkrama, kesempatan orangtua membacakan buku untuk anaknya, menemani anak menonton televisi, mengaji di ‘surau’, diskusi keluarga.

SD Hikmah Teladan menegaskan pembeda urusan di rumah dan di sekolah. Kami berusaha terus belajar dan memperbaiki kualitas agar orangtua mempercayai kami untuk mengurus segala hal akademis dan cukup diurus di sekolah saja. Kami pun sangat mendorong komunikasi ‘bermakna’ terjadi antara anak dan orangtua (saat di rumah), dan anak juga memiliki kesempatan bergaul dengan lingkungan sosialnya. Pembeda kedua urusan ini sangat jelas bagi kami sedemikian sehingga segala atribut terkait sekolah dilarang dibawa ke rumah: buku pelajaran, buku catatan, bahkan banyak anak menyimpan alas tulis di sekolah.

19. Naik Kelas dengan Membawa Buku Cerita Karya Sendiri

Pelajaran Bahasa Indonesia (atau entah pelajaran Karakter, IPS atau PKn) kelas 1 memakai buku “Why I Love My Mummy”, ilustrasi oleh Daniel Howarth, penerbit Gramedia. Buku ini diberikan kepada anak-anak sekitar beberapa bulan akhir tahun ajaran. Namun sejak awal anak-anak melakukan banyak kegiatan yang berkaitan dengan hubungan mereka dengan orangtuanya, mengerjakanworksheet sehubungan tema, dan berkegiatan yang membuat anak senang dan bisa membuat buku: menulis bebas, mengomentari gambar, menggambar, menghias buku.

Di bulan-bulan terakhir buku “Why I Love My Mummy” sudah diberikan kepada anak-anak. Selama sebulanan buku ini dibaca, dibicarakan dan menjadi ‘isu’ kelas. Baru sebulan terkahir, biasanya, anak-anak mengerjakan proyek bukunya. Disebut bukunya karena “I” di sana berubah menjadi aku setiap anak dan “My Mummy” menjadi ibu masing-masing. Hai, mereka bikin buku dan itu autentik sungguhlah luar biasa.

Beberapa tahun sebelumnya hal yang sama pernah kami coba namun anak-anak hanya mengomentari gambar-gambar lengkap sebuah buku (yang dicopy setelah dihapus teksnya) dan mewarnainya. Cara ini masih memungkinkan ada anak yang meniru temannya. Sekalipun demikian, kami melalui ini dengan penuh kebanggaan karena kami punya tanggung jawab sejarah untuk mmembuktikan bahwa melepas diri dari kurikulum (standar isi) dan buku paket itu telah membuat kami lebih keren.

20. Salat Dzuhur Sebelum Adzan Dzuhur Berkumandang

Saya juga terkejut pertama mendengarnya. Belum lho belum seminggu lalu. Saya juga heran karena 6 orang MK (manajer kelas) kelas 1 dapat bersepakat melakukannya. Alasannya (hanya) kalau mereka salat sesudah adzan terdengar apalagi menunggu adzan sampai selesai, mereka tidak sempat makan siang. Hmm…

Alasan teman-teman sangat logis. Anak-anak yang masih belajar, sedang sulit-sulitnya diatur memang dapat menyebabkkan waktu molor. Bila mereka memaksakan diri (dan ini kemungkinan hanya karena menghindar dipermasalahkan orangtua), mereka dapat betul-betul terlambat makan. Terus, habis istirahat harus mengajar lagi. Repot. Itulah sebabnya, mumpung salat bagi anak kelas 1 jela-jelas belum wajib, bagiamanapun juga tetap jauh lebih baik salat (sebelum adzan) daripada terlewat jam makan siang. Cuma ya itu kok enteng banget mereka mengambil keputusan.

21. Menjadi Petugas (Lengkap) Upacara Bendera

Motto “Berani Gagal Berani Mencoba” mendapat tempat peragaan mulai dari di kelas dengan Panggung Balok, antar kelas atau paralel kelas di Panggung Berani Mencoba di depan perpustakaan, kemudian anak-anak ditantang nyalinya untuk tampil di depan warga sekolah pada sewaktu upacara. Masih ada satu lagi, menjadi utusan sekolah dalam lomba-lomba yang diadakan di luar. Setiap anak selama di SD Hikmah Teladan harus, paling sedikit 1 kali, mengalami mewakili sekolah. Sebab itu, utusan lomba di SD Hikmah Teladan tidak boleh dengan maksud untuk kepentingan mendapat juara, melainkan pemberian kesempatan.

Pemberian kesempatan pada setiap anak untuk tampil di semua level panggung menyebabkan pergerakan evolutif yang lembut dari nyali anak-anak untuk tampil di depan umum. Terutama, penilaian umum bahwa banyak hal diberlakukan umum di SD Hikmah Teladan, membuat anak-anak kecil itu (anak-anak kelas 1) enteng saja mengambil peran seperti kakak-kakaknya. Berikutnya, satu hal lagi, sekolah ini bukan sekolah ‘prestasi’ melainkan sekolah kebebasan berekspresi.

Pokoknya berani dulu tampil.  Berani saja dulu, ini yang pokok.

Kenapa takut, tidak dinilai kok. Ayo berani, semua keberanian akan dirayakan.

Kenapa takut, semua teman menikmati penampilanmu. Ayo mencoba, biar kamu segera mengalami semua teman yang bangga padamu.

Kenapa takut dengan kegagalan saat itu disambut dengan senyum manis dan bukan tawa mengejek dan mempermalukan. Ayo tanpa persiapan baik pun maju saja, dan Kau segera “mengukir di batu” yang kelak diingat dalam perannya membuatmu kokoh.

100 Hal yang Hanya Ada di SD Hikmah Teladan (3): Yang Sudah Lalu

February 27, 2011 Leave a comment

Seperti halnya saya sudah merasa tua pada saat memasuki usia 40, saya merasa SD Hikmah Teladan juga tua ketika memasuki usianya yang ke 10. Salah satu alasannya adalah guru-guru yang awet bertahan. Bayangkan saja teman-teman angkatan pertama hanya satu yang meninggalkan SD Hikmah Teladan ketika beliau menikah lagi dengan lelaki dari Bekasi. Sepertinya pengenalan yang sudah mendalam dapat menghambat kreativitas. Prasangka (karena merasa sudah tahu seseorang luar-dalam) kerap menjadi dasar komunikasi. Sejauh ini cara yang dapat dipandang efektif menghindarinya adalah menghalau stabilitas, lebih menghargai kegelisahan dibanding kepastian dan merelakan prestasi yang dapat diulang digantikan tantangan ketidakpastian. Dalam perjalanannya, SDHT memiliki pencapaian yang kuat tapi harus direlakan terbenam menjadi yang lampau.

12. Magang

Perpaduan semangat berbagi dan kepercayaan diri membuat kami menjadi sekolah yang terbuka. Kami dapat berbagi kepada siapa saja dengan enteng. Tanpa biaya pula. Ada kunjungan sehari, paling lama sampai 3 minggu. Yang 3 minggu inilah yang disebut magang.

Seperti biasa kalau cuma disebut istilahnya tanpa penjelasan, banyak sekolah menyebut melakukannya juga. Mari kita mulai menunjukkan “Magang di SDHT” yang memang cuma pernah dilakukan di SDHT:

1. Saya menjadikan guru kelas 5 SDHT, waktu itu, dan teman-teman dari Bali menjadi 2 kelompok. Kelompok Bali dan kelompok SDHT. Saya memberikan bahan materi (dengan uraian singkat) yang belum pernah dikelola kedua kelompok. Mereka mendapat tugas membuat lesson plan, worksheet, dan menentukan siapa yang akan mengajar di kelas apa. Dari 3 kelas paralel, yang mengajar pertama adalah guru SDHT dan guru-guru yang magang menjadi observer. 2 kelas lainnya baru kemudian guru-guru magang yang mengajar dan guru SDHT menjadi observer.

Masih saya ingat betul, teman-teman dari Bali (ditambah beberapa teman dari UPI) sampai lembur. Dikerjain itu namanya. Padahal mereka sudah mendengar presentasi guru-guru SDHT tentang lesson plan yang sudah mereka buat dan diberikan worksheet terkait. Mungkin perlakuan demikian malah menantang mereka. Malu juga kali kalau cuma ngikutin saja. Kemudian setiap selepas mengajar ada diskusi. Boleh juga disebut disidang. Seperti pada umumnya SDHT yang mudah dikritik (: anak-anak yang kesiangan, tidak berseragam, ke sekolah pakai sandal, berkata-kata kasar, pada saat jam belajar berkeliaran di sekolah dan lain-lain), begitu juga KBM yang berlangsung: Kok anak-anak begini dan begitu dibiarkan? Kenapa rencana begini-begitu tidak dijalankan dan malah yang lain dimunculkan? Bagi saya, melebihi jawaban yang diberikan teman-teman, kebanggaan kepada guru-guru SDHT muncul saat mereka mempersilahkan begitu saja untuk diobservasi dan kemudian disidang. Ini keren lho. Berikutnya, teman-teman dari Bali yang mengajar di 2 kelas yang lain.

2. Magang yang dilakukan teman-teman dari Krueng Raya, Aceh menjadi magang ideal. Peserta magang adalah kepala sekolah, guru dan anak-anak. Guru-guru melakukan seperti apa yang dilakukan teman-teman dari Bali. Kepala sekolah menempel kepala sekolah. Anak-anak belajar di kelas. Sepulang sekolah mereka tinggal di beberapa rumah orangtua murid SDHT.

Bagi kami,  semakin orang dapat mempelajari dan memanfaatkkan apa yang kami miliki semakin baik. Tidak ada yang tidak boleh diketahui. Berbagai worksheet dapat digandakan, program-program dicopy, berbagai pertanyaan detail mendapat jawaban. Seloroh kami, yang enggak boleh itu dipindahkan sekolahnya.

13. Panggung Balok

Pelaksanaan terbaik dari motto “Berani gagal berani mencoba” adalah panggung balok. Sepertinya ukuran balok ini sisi-sisinya tidak lebih dari 1 meter. Semua kelas punya satu. Di panggung ini anak-anak membaca nyaring, deklamasi, bergaya suka-suka. Di panggung ini mereka sudah seperti berdiri di lantai saja padahal itu tempat yang lebih tinggi dari yang lain, tempat yang membuat yang berdiri di atasnya menyolok.

Untuk kepentingan acara antar kelas, penggabungan Panggung Balok menjadi Panggung Berani Gagal. Di sinilah lomba-lomba peringatan hari besar diadakan. Panggung Berani Gagal juga yang mendorong gagasan ulangan semester dalam bentuk lomba. Misalnya anak kelas 1 pernah ulangan berhitung dengan bergilir menjawab penjumlahan dalam waktu sekian menit. Jumlah pertanyaan yang dijawab menjadi dasar pemenangnya. Tentu saja, seperti biasa, kategori pemenang lain akan dikeluarkan sebanyak-banyaknya sebagai kejutan di penguman akhir: Kami panggil fulan sebagai juara dengan kategori anak yang paling banyak mengulang sebagai peserta. Karena lomba memang diadakan dalam beberapa hari dan anak yang belum puas dengan penampilan pertamanya dapat mendaftar lagi.

Sekarang Panggung Berani Gagal berubah menjadi Panggung Berani Mencoba dan sudah permanen. Ada yang hilang. Banyak yang tak bisa dilakukan lagi.

14. Jatah Lomba Spontanitas

Pada satu periode ada saat kami memiliki stock hadiah. Kami persilahkan guru-guru untuk mengadakan lomba, permainan, pertanyaan teka-teki dengan spontan di waktu istirahat untuk menghabiskan stock hadiah. Lomba dilakukan di tempat strategis. Dengan menggunakan megaphone guru-guru akan teriak-teriak mengumumkan lomba. Selalu ramai. Luarbiasa menyenangkan. Heboh. Ketika guru-guru baru melihat tayangan filem lama tentang itu, sungguh mereka amat terkesan.

Saya terkesan dengan lomba ini karena perannya untuk membentuk trend. Sempat guru-guru kekurangan ide sehingga lomba paling banyak teka-teki yang lucu-lucu. Dan inilah yang terjadi di kelas-kelas dalam waktu beberapa lama setelah lomba dilakukan.

15. Panggung Penampilan Spontan

Seingat saya spontanitas yang ini tidak ada namanya. Pokoknya di area dekat kantin tempat lalu-lalang anak-anak dalam setiap harinya ada saja kelas yang menampilkan anak-anak. Mereka bisa apa saja. Tidak ada ketentuan, juga tidak ada permintaan untuk menonton. Namun setidaknya kalau yang melirik atau menengok sih ada. Tujuan utamanya memang uji nyali, menantang keberanian. Sejak awal SDHT memang bernafsu membuat anak-anaknya berani.

100 Hal yang Hanya Ada di SD Hikmah Teladan (2)

February 26, 2011 Leave a comment

Bahwa di sebuah sekolah ada anak berkebutuhan khusus jelas bukan cuma ada di SD Hikmah Teladan. Tapi cerita anak kelas dalam TAP yang dibuatnya tentang (6.) Anak Berkebutuhan Khusus Menjadi Imam, dapat dipastikan cuma ada di SD Hikmah Teladan: Aku ada cerita mengenai anak ABK. Inilah uniknya SDHT yang tidak membeda-bedakan dengan anak normal. Suatu hari salah seorang ABK diminta untuk menjadi imam. Saat imam mengucapkan “waladolin” dan makmum menjawab “amin”. Pada saat itu pula sang imam kabur karena kaget mendengar teriakan dari jamaah.

7. Sekolah Umum dengan Seragam Murid Perempuan Berkerudung.

SD Hikmah Teladan sekolah umum. Bukan Sekolah Islam atau Sekolah Islam Terpadu (yang jumlahnya sudah lebih dari seribu) sebagaimana kerap dinyatakan oleh berbagai penerbit buku, undangan-undangan yang masuk dan para calon orangtua murid baru. Kita sebut beberapa perbedaannya: 1) SD Hikmah Teladan masuk pukul 07.30 – 14.00 berbeda dengan SDIT yang fullday di mana anak-anak baru pulang sekolah pukul 16.00. 2) SD Hikmah Teladan berbeda dengan SDI dan SDIT terkait dengan jumlah mata pelajaran agama. Kita hanya punya 2 mata pelajaran agama: Pendidikan Agama Islam dan Baca Tulis Al Quran. Namun kenapa ‘orang luar’ mengenali SD Hikmah Teladan sebagai SDI atau SDIT? Karena semua anak perempuannya memakai kerudung.

Menjadi sekolah umum adalah keputusan sadar. Para pendiri SD Hikmah Teladan sejak dari awal meniatkan bereksperimen menemukan model pendidikan ‘baru’ yang sepenuhnya dapat menfasilitasi tumbuh kembang potensi anak. Ini pekerjaan berat. Maka kami hindarkan untuk sama dengan sekolah lain yang sudah memiliki citra yang jelas di masyarakat. Bila kami menjadi SDIT, misalnya, maka sudah jelas dan lengkap gambaran (:baca tuntutan) masyarakat akan kami: harus seperti apa kami dan harus bagaimana kami bergerak ke depan. Jika tidak, kami dipertanyakan, dikritik, digugat. Tentu ini hal yang sungguh merepotkan dan membuat kami tidak memiliki peluang bereksperimen. Malah SD Hikmah Teladan sepertinya berkembang dengan menjadi antitesis atau pembeda SDIT.

Lalu kenapa sebagai SD umum murid perempuannya berseragam disertai kerudung? Saya tidak tahu pasti. Bukankah tidak ada yang salah dengan hal tersebut? Memang sepertinya ada dorongan cukup kuat agar SD Hikmah Teladan menjadi sekolah islami. Dan, semoga ‘islami’ yang dimaksud adalah Islam yang sangat diwarnai keragaman, termasuk keragaman fiqih. Bukankah di SDHT keragaman bukan hanya fakta, melainkan SDHT sudah menjadi rumah bagi keragaman.

8. Seleksi Calon Orangtua Murid

Untuk tahun ajaran baru Juli nanti, sejak awal Pebruari, calon murid sudah melebihi jumlah 96. Karena selain ketentuan usia 6 tahun saat bulan Juli, tidak ada persyaratan atau seleksi untuk menjadi murid SDHT. Murid diterima hanya berdasarkan urutan pendaftaran. Namun karena pendaftaran juga tanpa melibatkan penarikan biaya apapun, artinya orang dapat mendaftar begitu saja. Lalu siapa yang sungguh-sungguh? Di sinilah Program Sosialisasi mengambil peran.

Program Sosialisasi yang berlangsung dari pukul 09.00-12.00 mengungkap lebih dan kurang dari SDHT, juga terutama mengenai hal-hal apa saja yang menjadi perbedaan SDHT dari sekolah lain. Semakin jelas pengungkapan akan memperkuat rujukan bagi calon orangtua dalam mengambil keputusan. Isi Program Sosialisasi dengan maksud demikian, mengakibatkan minimnya pembicaraan tentang hal-hal ideal, cita-cita atau segala hal normatif lainnya. Yang ada adalah ruang dan waktu yang leluasa bagi Ketua dan Wakil Ketua Komite Sekolah beraksi. Saya yang mewakili sekolah hanya menyampaikan garis besar perjalanan murid SDHT dari awal masuk sampai akhir. Sekali lagi, semakin jelas dan objektif penjelasan akan semakin mudah bagi orangtua calon murid mengambil keputusan.

Sebetulnya seleksi orangtua sudah dimulai lebih awal dengan kebiasaan mengajak orangtua dan anak yang mendaftar tour di SDHT, termasuk menyatroni kelas 1 yang sedang belajar. Bukankah bila orangtua melihat guru yang enjoy dengan anak yang memilih belajar dengan duduk di kursi ibu guru, beberapa anak belajar sambil tiduran di karpet, sebagian besar di bangku masing-masing, dan ada juga anak yang tidak mau belajar; orangtua yang konservatif tentu saja buru-buru mencari sekolah lain. Menurut saya Tour SDHT pun dapat memainkan peran menyeleksi orangtua.

9. Daftar Surat yang Dibaca pada Saat Salat Berjamaah Dhuha dan Dzuhur

Apa surat yang dibaca pada salat berjamaah pekan ini? Guru SD Hikmah Teladan akan menyebutkan sebuah surat, dan sebuah surat lain akan disebutkan kalau anda bertanya sekitar beberapa minggu kemudian. Setelah ada perjalanan panjang untuk menegaskan bahwa salat bagi anak-anak memang belum wajib sehingga anak-anak bisa salat dengan santai, tanpa beban, dan menjadi kesempatan ‘bersenang-senang’; kami memutuskan salat sebagai media di mana anak-anak melakukan pengulangan hafalan surat-surat pendek.

Setelah menegaskan bahwa bagi anak-anak salat belum wajib, sehingga tidak apa kalau mereka tidak salat, salat dzuhur 2 rakaat, menggoda teman, mengingatkan teman yang tidak mau diam dan lain-lain, maka salat menjadi kondisi yang menyenangkan, rileks, dan secara fisik anak bergerak aktif. Nah, bukankah itu semua kondisi belajar terbaik? Pada kondisi inilah materi hafalan menumpang dan pengelolaan yang teratur. Seorang anak yang menyebutkan salah satu hal yang cuma ada di SDHT adalah membaca surat pendek dengan berteriak-teriak sewaktu salat, membuktikan efektivitasnya. Itu sebabnya, sekalipun tidak ada pelajaran khusus hafalan al-Quran, kami tetap dapat mencapai target anak-anak SDHT lulus sekolah dengan catatan telah menghafal surat-surat al-Quran Juz 30.

10. Humaniora sebagai Nama Ekstrakulikuler

Memberi nama kegiatan ekstrakulikuler dengan Humaniora tentu tidak sembarangan. Di Negeri ini biasanya setiap hal yang berkaitan dengan sekolah itu serius. Coba saja Anda ingat bagaimana dulu kita berekstrakulikuler? Bukankah sekadar “ekstra’ pun tetap saja serius? Padahal yang manusiawi untuk anak adalah (juga) bermain, bergembira, bersenang-senang.

Di SD Hikmah Teladan jam Humaniora adalah jam bersenang-senang mencoba apa yang saat melakukan pilihan kita minati. Bila diperuntukkan untuk bersenang-senang, maka pilihan kegiatan harus banyak. Semester 2 tahun ajaran 2011 ada 24 pilihan kegiatan Humaniora. Jumlah ini setelah dikurang beberapa kegiatan (termasuk  Club Sains) yang tidak ada peminat. 24 kegiatan yang dapat dipilih anak-anak tersebut adalah: 1) bola basket 2) catur 3) bulutangkis 4) doktercilik 4)komputer 5) english club 6) elektonik 7) fotografer 8) gambar kreatif 9) karate 10) karya kreatif 11) memasak 12) membatik 13) menyulam 14) origami 15) tenis meja 16) teater 17) sulap 18) seni tari 19) teater 20) penulis cilik 21) pencinta alam 22) musik 23) seni keramik 24) sepakbola.

Kami masih menganggap sebagai pilihan jumlah 24 masih kurang. Sebab itu, dalam 3 pekan (3 kali pertemuan) digunakan anak untuk penjajagan dan guru pembimbing untuk promosi. Dalam 3 kali pertemuan anak-anak dapat keluar-masuk. Absensi satu semester dimulai di minggu ke-4. Oh ya bisa saja pada minggu ke-4 itu ada kegiatan Humaniora yang tidak laku dan dihapus dari daftar.

11. Pada Hari Kamis Kelas 3 Berpakaian Bebas

Dijamin ini 100% cuma ada di SD Hikmah Teladan. Kejadiannya demikian: Secara umum hari Rabu anak-anak SDHT berpakaian bebas. Karena setiap hari Rabu kelas 3 ada pelajaran Olahraga yang menyebabkan mereka berpakaian Olahraga, maka mereka tidak menikmati berpakaian bebas. Guru kelas 3 diprotes anak-anak. Jawaban spontan “kalian berpakaian bebas saja di hari Kamis” berlaku sampai sekarang. Saya mengingat betul mekanisme ini tidak melalui rapat, juga persetujuan dari kepala sekolah.

 

Flash Card UASBN: Bahasa Indonesia (1)

February 20, 2011 Leave a comment

Beberapa bulan menjelang hari “H” UASBN sangat tepat untuk memperbanyak pengulangan. Sebagaimana dikatakan Eric Jensen, “Pengulangan memberitahu bahwa sebuah informasi lebih penting,” maka inilah yang sebaiknya dilakukan. Namun karena kondisi rileks yang merupakan saat terbaik bagi otak dalam menyerap informasi, maka kita perlu menemukan metode atau alat yang tepat. Tulisan ini akan menjajaki penggunaan Mind Maps dan flash card. Yang kedua digunakan karena ukurannya yang dapat dimasukkan ke saku, misalnya, memudahkan untuk diakses. Kemudian, flash card juga memuat informasi yang sudah sederhana.

Bila flash card sudah tersedia tentu Anda sebagai guru perlu memastikan pengulangannya. Mengutip Tony Buzan dan Eric Jensen pengulangan yang minimal adalah 2 atau 3 kali mengulang sebelum 1 jam dari saat informasi diterima, pengulangan kedua sehari kemudian, pengulangan ketiga seminggu kemudian, pengulangan keempat sebulan kemudian. Kalau Anda bekerja sama dengan anak dan orangtua,, kemungkinan pengulangan lebih banyak dapat dilakukan. Lebih banyak pengulangan, sekali lagi, itu lebih baik. Anda perlu hati-hati dengan 2 pengulangan di awal: 2 atau 3 kali pengulangan sebelum 1 jam dari sejak informasi diterima dan pengulangan hari berikutnya. Bila anak punya kebiasaan belajar atau Anda bias bekerjasama dengan orangtua, pengulangan kedua dapat dilakukan di rumah sepulang sekolah sebelum anak tidur.

(Saya mohon maaf tidak dapat menata dengan baik flash card-nya. Anda dapat membuatnya bersama anak-anak. Pokoknya kotak pertama bagian depan dan kotak kedua bagian belakang dari sebuah flash card). Kita akan mulai dengan pelajaran Bahasa Indonesia untuk bagian kemampuan yang diukur “menentukan isi bacaan”.

Flash Card 1

8 kata tanya Siapa 

Apa

Kapan

Bagaimana

Mengapa

Dari mana

Ke mana

Di mana

Catatan: Kata tanya yang bold adalah kata tanya yang menurut kisi-kisi UASBN 2010/2011 akan muncul sebagai soal.

Flash Card 2

Apa digunakan untuk menanyakan?
  • Menanyakan orang
  • Menanyakan benda
  • Menanyakan waktu
  • Menanyakan keadaan
  • Menanyakan sebab
  • Menanyakan tempat asal
  • Menanyakan tempat tujuan
  • Menanyakan tempat berada

Catatan: Jawaban adalah yang sesuai pertanyaan. Penggunaan kata tanya lainnya ditulis dengan maksud untuk mengingat sekilas. Catatan ini berlaku sampai flash card 5.

Flash Card 3

Bagaimana digunakan untuk menanyakan?
  • Menanyakan orang
  • Menanyakan benda
  • Menanyakan waktu
  • Menanyakan keadaan
  • Menanyakan sebab
  • Menanyakan tempat asal
  • Menanyakan tempat tujuan

 

Flash Card 4

Di mana digunakan untuk menanyakan?
  • Menanyakan orang
  • Menanyakan benda
  • Menanyakan waktu
  • Menanyakan keadaan
  • Menanyakan sebab
  • Menanyakan tempat asal
  • Menanyakan tempat tujuan

 

Flash Card 5

Mengapa digunakan untuk menanyakan?
  • Menanyakan orang
  • Menanyakan benda
  • Menanyakan waktu
  • Menanyakan keadaan
  • Menanyakan sebab
  • Menanyakan tempat asal
  • Menanyakan tempat tujuan

 

Flash Card 6

Buatlah pertanyaan dengan menggunakan kata tanya apa!
  1. (diisi oleh anak)
  2. (diisi jawaban dari teman)
  3. Apa usaha yang sebaiknya dilakukan untuk mencegah penyakit pascahujan?
  4. Apa manfaat mempelajari seni bela diri?
  5. Apa akibat dari padamnya listrik Bandara Soekarno-Hatta?
  6. Apa manfaat biji jarak pada masa lalu?
  7. Apa kebiasaan unik warga Kota Wasior?

 

Catatan nonor 6-9: Jawaban nomor 1 dan 2 diisi dengan pensil. Keduanya diambil dalam proses belajar. Jawaban nomor 4-7 diambil dari soal UASBN tahun sebelumnya (bahan dari “Seri Pendalaman Materi Plus Sukses Menghadapi UN SD, Essis-Erlangga)

Flash Card 7

Buatlah pertanyaan dengan menggunakan kata tanya bagaimana!
  1. (diisi oleh anak)
  2. (diisi jawaban dari teman)
  3. Bagaimana nyamuk Aedes aegypti berkembang biak?
  4. Bagaimana asal usul seni beladiri?
  5. Bagaimana tanggapan penumpang terhadap padamnya aliran listrik?
  6. Bagaimana peran Kementerian Koperasi dan UKM dalam meningkatkan produksi minyak dari biji jarak ini?
  7. Bagaimana pendapat warga Kota Wasior terhadap alam di sekitar mereka?

 

Flash Card 8

Buatlah pertanyaan dengan menggunakan kata tanya di mana!
  1. (diisi oleh anak)
  2. (diisi jawaban dari teman)
  3. Di daerah mana nyamuk Aedes aegyfti berkembang biak dengan baik?
  4. Di mana seni beladiri pencak silat berkembang?
  5. Di manakah suasana menjadi gelap akibat padamnya listrik?
  6. Di mana pertanian biji jarak mulai dikembangkan?
  7. Di mana letak Kota Wasior?

 

Flash Card 9

Buatlah pertanyaan dengan menggunakan kata tanya mengapa!
  1. (diisi oleh anak)
  2. (diisi jawaban dari teman)
  3. Mengapa orang bisa terjangkit penyakit diare?
  4. Mengapa seni beladiri sangat diperlukan pada zaman dulu?
  5. Mengapa listrik Bandara Soekarno-Hatta padam?
  6. Mengapa minyak biji jarak disebut sebagai sumber bahan bakar yang terbarukan?
  7. Mengapa Kepala BMKG menyatakan bahwa banjir di Kota Wasior terjadi akibat anomaly cuaca?

 

Flash Card 10

Buat contoh jawaban dari pertanyaan yang menggunakan kata tanya apa!
  1. (diisi oleh anak)
  2. (diisi jawaban dari teman)
  3. Menjaga kesehatan dengan mengonsumsi vitamin dan membersihkan lingkungan.
  4. Untuk melatih kedisiplinan, pengendalian diri, juga menjaga kebugaran tubuh.
  5. Papan pengumuman serta layar komputer tak terhubung dengan jaringan yang lain.
  6. Sebagai bahan bakar penerangan pengganti listrik.
  7. Menari dan bernyanyi bersama di jalanan saat merayakan kabar bahagia.

 

Catatan: Flash card 10-13 sebaiknya digunakan bersamaan dengan flash card 6-9.

Flash Card 11

Buatlah pertanyaan dengan menggunakan kata tanya bagaimana!
  1. (diisi oleh anak)
  2. (diisi jawaban dari teman)
  3. Nyamuk bersarang dan berkembang biak di tempat-tempat dan benda yang dapat menampung air setelah hujan.
  4. Banyak seni bela diri yang asal usulnya bercampur mitos dan dongeng sehingga sulit dipercayai, sehingga menjadi perdebatan.
  5. Banyak penumpang mengaku tidak nyaman dengan padamnya listrik di bandara.
  6. Kementerian Koperasi dan UKM membeli 300 unit mesin pengolah biji jarak.
  7. Lembah pegunungan, teluk, dan pesisir pantai adalah sahabat yang menafkahi mereka.

 

Flash Card 12

Buatlah pertanyaan dengan menggunakan kata tanya di mana!
  1. (diisi oleh anak)
  2. (diisi jawaban dari teman)
  3. Daerah beriklim tropis.
  4. Di negara-negara yang memiliki akar budaya Melayu seperti Indonesia, Malaysia, Singapura dan Brunei.
  5. Di terminal satu keberangkatan dalam negeri.
  6. Berbagai daerah di wilayah Kalimantan.
  7. Di kawasan cagar alam.

 

Flash Card 13

Buatlah pertanyaan dengan menggunakan kata tanya mengapa!
  1. (diisi oleh anak)
  2. (diisi jawaban dari teman)
  3. Karena memakan makanan yang telah dihinggapi virus dan bakteri.
  4. Karena zaman dahulu peperangan dan pertarungan biasanya dilakukan dari jarak dekat dan banyak melibatkan kontak badan.
  5. Karena adanya masalah pada mensin bandara.
  6. Karena masih mungkin diciptakan dengan berbagai kemungkinan.
  7. Karena curah hujan yang tinggi di kawasan Wasior.

 

Bagi anak pada umumnya bagian kemampuan yang diukur “menentukan isi bacaan” tidak memerlukan flash card, termasuk soal nomor 5 yang menanyakan kesimpulan teks. Namun tidak demikian dengan anak-anak yang kemampuannya kurang. Flash card di atas dapat sangat membantu. Cara lain yang dapat dilakukan adalah dengan membiasakan anak-anak untuk membaca wacana/teks dengan nyaring dan intonasi yang sesuai makna bacaan. Kemudian, bagi anak yang masih kesulitan memahami bacaan (walaupun hanya sebuah paragraf), anak bisa mengerjakan soal dengan mulai dari membaca soal ke bacaan.

Perlu diketahui, berbeda dengan teks sastra, teks non sastra hanya mempunyai jawaban benar pada teks. Bila ada pernyataan atau maksud di luar teks, maka jawaban salah.

100 Hal yang Hanya Ada di SD Hikmah Teladan

February 19, 2011 2 comments

Saya ingin menulis 100 hal yang hanya ada di sekolah kita. Bahkan kalau bisa lebih. Yakin bisa sih lebih, dan ini tentu dengan melibatkan semua warga sekolah: guru, kalian para murid, dan orangtua murid.

Bila hal yang disebut cuma ada di SD Hikmah Teladan, ternyata ada di antara kalian yang tahu ada sekolah lain mengadakan hal yang sama, maka kita menyoretnya. Cepat tekan “delete” atau “backspace” di keyboard. Lakukan mendelete/backspace sama riangnya dengan mencari yang memang cuma ada di SD Hikmah Teladan.

Saya yang memulai!

1. Setiap Hari Selalu Ada yang Terlambat

Betuk kan selalu ada yang terlambat masuk sekolah? Apakah kamu pernah terlambat? Kalau kamu pernah, tentu kamu tahu betul  itu tidak apa-apa. Tidak apa-apa terlambat. Juga, tidak diapa-apakan kalau terlambat. Sebabnya adalah guru SDHT dilarang keras memberikan sangsi pada murid. Bila diketahui ada guru yang memberikan hukuman pada anak, maka guru yang bersangkutan akan mendapat teguran dari sekolah.

Akibat tidak ada sangsi atau hukuman ini sangat luas dan mendalam. Kami, terutama, sangat ingin memastikan anak-anak masuk sekolah selalu membawa hati riang, tanpa ketakutan, pikiran yang santai untuk belajar. Sungguh bagi anak yang biasa terlambat karena malas, para guru dapat menghapus kemalasan itu dengan menciptakan suasana salat dan obrolan Dhuha dengan menyenangkan. Pagi (Dhuha) yang menyenangkan membuat banyak anak sayang meninggalkan. Artinya, semakin pandai guru membuat kegiatan awal sekolah menyenangkan, semakin berkurang anak yang terlambat.

2. Upacara Sekolah di Hari Jumat

Membuktikan ini cuma ada di SDHT mudah. Kita tanya saja semua anggota keluarga, apakah selama mereka sekolah upacaranya hari Senin atau Jumat?

Bagi SDHT upacara dilangsungkan hari Jumat untuk menegaskan bahwa kita berbeda, kemudian berbeda itu tidak masalah. Bukankah sampai saat ini kita asyik-asyik saja berupacara di hari Jumat?

Ada 10 hal yang juga cuma ada di Upacara SDHT: 1) tidak ada petugas upacara tetap melainkan bergiliran setiap kelas termasuk kelas satu, 2) di akhir upacara ada pertunjukkan oleh kelas (tentu yang tidak menjadi petugas upacara), 3) membacakan kutipan al-Quran, hadis atau nasihat yang diikuti seluruh peserta, 4) sekali dalam sebulan upacara diganti dengan senam, 5) gurunya tidak berseragam, 6) semua peserta upacara tidak memakai topi sehingga tidak menghormat bendera, 7) setiap Jumat ada kelas yang kebagian jam olahraga dan mereka pun berupacara dengan seragam olah raga, 8) Ada pengukuhan wisudawan yang lepas dari Iqra atau ABaTsa ke al-Quran, juga penyerahan berbagai penghargaan pada murid yang mengikuti dan memenangkan perlombaan, 9) semua guru mendapat giliran menjadi pembina upacara, 10) …

3. Tugas Akhir Pekan

Secara umum di SD Hikmah Teladan tidak ada PR. Kami memandang bahwa belajar (mata pelajaran sesuai kurikulum) cukup di sekolah dari pukul 07.30 – 13.45 dari Senin sampai Jumat. Percayakan dan percayailah guru-guru. Lebih dari itu, kami tetap menganggap bahwa tugas pembentukan karakter adalah rumah. Maka silahkan manfaatkan waktu di rumah untuk bercengkrama, diskusi atau melakukan berbagai kegiatan bersama dan menyenangkan lainnya. Kami juga menyambut gembira anak-anak yang bercerita tentang teman-teman, tetangga, masjid dekat rumah di mana mereka ikut mengaji, tanah lapang di mana anak-anak berkumpul dengan teman sebaya. Dan semua itu tidak boleh jadi tidak dilakukan karena anak-anak mendapat PR dari sekolah. Masa depan, kata banyak pemikir dan penelitian, ditentukan oleh karakter (kerap disebut juga kecerdasan emosional dan kecerdasan sosial).

Dengan demikian, keberanian kami sekalipun memberikan pekerjaan rumah (PR), maka dipastikan harus melibatkan keluarga, berkaitan dengan ‘penyegaran’ karakter, aktivitas di lingkungan sosial. Ketika kalian membaca dan turut berperan mencapai target “100 Hal yang Hanya Ada di SD Hikmah Teladan”, kalian sedang mengerjakan TAP yang setidaknya memenuhi salah satu syaratnya, yaitu melibatkan keluarga.

4. Pelajaran Bahasa Indonesia Memakai Buku Rujukan

Pelajaran Bahasa Indonesia dilarang keras memakai buku paket. Sebagai gantinya kami mencari bacaan anak yang menarik, baik terkait aspek kebahasaan dan terutama buku-buku fiksi. Pernah kami pakai seri Mio dari Mizan, Koguma, Pooh, Nontan, dan beberapa novel untuk kelas 4, 5 dan 6. Yang terbaru, kelas 2 menambahkan di semester 2 buku Love You Before & After, kelas 5 dengan buku yang baru difilemkan dan anak-anak juga sudah menontonnya: Guardians of Ga’hoole. Beberapa buku yang disebutkan ini tentu saja tanpa panduan bagaimana digunakan di kelas, bahkan sekedar pertanyaan pun tidak. Memang tim guru harus membuat sendiri lembar kerja dan rancangan kegiatan belajar untuk semua buku seperti itu yang kemudian kami sebut buku rujukan. Dengan menenatpkan pelajaran Bahasa Indonesia, Karakter, IPA kelas 1-3 wajib memakai buku rujukan dan setiap tahunnya tidak boleh sama, maka selalu ada kesempatan bagi guru untuk belajar, berpikir keras, bekerja sama merancang pembelajaran, memiliki kebanggaan terhadap hal berbeda yang bermutu, dan semakin menanamkan kemandirian dalam mengelola sekolah, lebih khusus penegakan otonomi kelas.

Pemakaian buku rujukan, seiring dengan meningkatnya kemampuan guru-guru, akan di perluas. Yang sedang dibidik untuk segera memakai buku rujukan adalah buku agama. Kami juga sedang mempelajari kemungkinan pemakaian buku “Ensiklopedia Pertanyaan Besar: Mengapa?” dipakai sebagai buku rujukan mata pelajaran PKn, IPS dan Karakter (dari) kelas 3-5. Kelas 1 sih bisa semua memakai buku rujukan.

5. Ragam yang ‘Aneh’ dari Sekolah Lanjutan Lulusan SDHT

Perhatikan sekolah lanjutan anak-anak SDHT angkatan 2009-2010: SMPN 4 Tasikmalaya, SMPN 3 Cimahi, SMP Alfa Centaury (2 anak), SMP Hikmah Teladan (19 anak), SMPN 9 Bandung (4 anak), MTs Asih Putera (3 anak), SMP Angkasa (2 anak), SMPN 1 Cimahi (3 anak), SMPN 2 Margahayu, SMPIT Al-Azhar (3 orang), SMP Pajagalan Bandung, Gontor (3 anak), SMP IT Nurul Fikri Banten, SMPN 47 Bandung, SMPN 5 Bandung (2 orang), SMP Juara (2 orang), SMPIT As-Syifa, SMPN 10 Cimahi (2o orang), SMPN 1 Sumedang, SMPN 11 Bandung, SMPN 6 Cimahi (2 orang), SMP PGRI Cimahi, SMP Al-Ma’some, SMPN 9 Cimahi, SMPN 3 Soreang, SMPN 1 Bogor, SMPN 1 Bandung (2 orang), SMPN 2 Bandung, SMPN 4 Bandung, SMPN 12 Bandung, SMPN 4 Cimahi, MTs Nurul Falah, SMP Syahid, Pesantren di Bogor (keterangan belum lengkap).

Bila semua anak di atas masuk SDHT tanpa seleksi, dari kelas 1-6 belajar selalu dalam kelas yang beragam (tanpa pengelompokan berdasarkan prestasi), kedudukan SDHT sebagai sekolah umum (bukan sekolah Islam, ibtidaiyah atau Islam Terpadu); jumlah 34 sekolah tingkat menengah dipilih 74 anak tentu sangat banyak. Menarik juga diperhatikan bahwa data itu menunjukkan rentang kualitas dari yang kurang sampai yang terbaik, dari pesantren tradisional hingga modern, dari waktu belajar ‘setengah hari’, fullday, sampai boardingschool. Lalu bagaimana 3 anak SDHT bisa masuk Gontor? 1 anak ‘hanya’ bisa masuk SMP PGRI Cimahi? 3 anak masuk RSBI dan beberapa annak diterima di SBI kota Bandung? Bagaimanakah anak-anak yang sangat menikmati kenyamanan dan kebebasan dapat bertahan di sekolah lanjutan yang penuh disiplin, sangat banyak peraturan, sangat ketat? Bagaimanakah anak-anak yang cerdas secara akademis namun selama belajar tetap dengan standar normal, tanpa kompetisi, bercampur dengan anak-anak di bawah rata-rata, dapat berkompetisi dan menjadi siswa yang menoonjol di sekolah unggulan?

6. Sekolah Umum dengan Seragam Murid Perempuan Berkerudung


Categories: SekolahKu