Archive

Archive for October, 2013

Kurikulum 2013 di SD Hikmah Teladan (1): Menolak Jadi Buku Suci

October 10, 2013 Leave a comment

SD Hikmah Teladan ditunjuk menjadi salah satu sekolah (keseluruhannya 10 sekolah) yang mengimplementasikan Kurikulum 2013 dari 123 sekolah tingkat dasar yang ada di Cimahi. Maka 8 guru dan kepala sekolah diundang mengikuti Diklat Kurikulum 2013 selama 5 hari untuk guru dan 7 hari untuk kepala sekolah.

Karena Kurikulum 2013 dikelola sentralistik, kami sangat tidak menginginkan mengimplementasikannya. SD Hikmah Teladan kan memberlakukan desentralisasi dan ini sampai ke level kelas. Bahwa wali kelas di kami disebut manajer kelas, sebab mereka memiliki wewenang penuh untuk mengelola kelasnya. Jadi jangan heran, di antara 3 kelas paralel saja (misalnya sama-sama kelas 4), keadaan kelas dan kulturnya bisa berbeda.

Penunjukan SD Hikmah Teladan untuk mengimplementasikan Kurikulum 2013, dengan demikian, membuat kami diserbu lawan yang terlalu kuat. Terlalu besar pasukannya. Bayangkan saja, Pemerintah sampai membuat buku siswa padahal prinsipnya pengelolaannya tematik-integratif. Artinya semakin kurikulum maksimal dituangkan dalam buku, semakin sulit menyimpang darinya. Semakin tema dapat mewadahi mata pelajaran yang terintegrasi semakin nyaman buku digunakan, yang sayangnya bagi kami berarti semakin nyaman membebek. Pemberlakukan Krikulum 2013 yang sentralistik menjadi hegemonik karena buku siswa dikunci oleh buku guru. Sekarang kenyamanan menjadi keseragaman mutlak. Buku guru membuat guru sangat jelas untuk berpikir apa, berperilaku mengajar bagaimana, dan bersikap seperti apa terhadap anak. Dan, keduanya serba gratis. Dengan alasan ini dan pola maupun kualitas diklat yang dilakukan, saya sangat khawatir dengan keberhasilan Pemerintah meyakinkan guru-guru.

Ketika di tengah diklat berjalan saya menghubungi teman-teman, kekhawatiran saya terbukti. Teman-teman mendapat argumen yang kuat untuk meyakini bahwa penggunaan buku siswa dan buku guru adalah keharusan. Kepala sekolah, di lokasi berbeda, disiapkan untuk mampu mengontol pelaksanaannya. Saya limbung!

Saya meyakini akan mudah bagi guru-guru SD Hikmah Teladan mengimplementasikan Kurikulum 2013, khususnya pembelajarannya (: buku siswa dan buku guru). Namun, sekali lagi, inilah sesungguhnya permasalahan terbesarnya. Bagi prinsip yang bertolak belakang, maka keberhasilan mengimplementasikan Kurikulum 2013 akan melemahkan prinsip kami sendiri. Bersama waktu kami dapat kehilangan jati diri. Jatuhlah hukum wajib dan genting bagi setiap upaya untuk menemukan kelemahan buku siswa dan buku guru Kurikulum 2013. Ayolah mumpung teman-teman masih beberapa hari lagi diklatnya!

Categories: Kurikulum Esdehate

Rupa-rupa Jejak Perceraian

October 7, 2013 1 comment

Ada banyak perceraian terjadi pada orangtua murid SD Hikmah Teladan. Tapi setahu saya hanya ada kasus perceraian yang berlangsung baik-baik dan nampaknya berpengaruh baik pada anak Selainnya, perceraian kerap kami ketahui saat menyelusur akar permasalahan anak ke rumah. Masalah anak yang masuk kategori berat memang kerap bermula dari rumah tangga yang ‘berantakan’, terjadi KDRT, atau pasangan bercerai.

Berikut beberapa cerita atau kejadian yang membuat kami mengetahui kasus perceraian pada murid SD Hikmah Teladan.

1. Anak Kakek-Nenek

Sekalipun saya tidak terlalu faham, ada lho orangtua yang mewakilkan semua urusan sekolah anak pada kakek-neneknya. Biasanya karena kesibukan kerja dan tempat kerja di luar kota. Tahu lah. Tapi kakek-nenek yang menggantikan peran ayah-ibu yang bercerai kerap menjelaskan duduk-perkara kehadirannya.

Nenek berusia 70 tahun berkisah tentang perceraian anaknya dan anaknya yang melanjutkan studi tingkat S2 di Yogyakarta, Nenek lain yang mengeluarkan cucunya dari SD Hikmah Teladan disibukkan dengan HP-nya karena harus menjelaskan permasalahan, alasannya keukeuh mengeluarkan si cucu, sikap guru-guru dan kepala sekolah kepada ayah dan ibu si cucu secara, tentunya, berbeda kesempatan. Seorang kakek cukup sering datang ke sekolah di waktu jam istirahat, atau kalau pagi dengan cara sembunyi-sembunyi untuk bertemu dan memberi uang jajan cucunya. Ternyata ia adalah ayah dari ayah cucunya. Sementara setelah perceraian anaknya, si cucu bersama ibunya.

2. Gosip Bagian Keuangan

Ada larangan penyebaran informasi masalah keuangan siswa pada guru. Sebab teramat memalukan kalau guru tidak mengajar sebaik-baiknya karena alasan siswa yang telah bertahun-tahun menunggak SPP. Jadi, bagi para guru fakta tersebut hanya gosip atau sesuatu yang tak lebih sebagai angin lalu.

Teman-teman bagian keuangan pernah iseng menyampaikan tagihan yang biasanya pada ibu siswa menjadi pada ayahnya. Lho kok ada tunggakan? Ke mana sekian uang per bulan, termasuk untuk SPP, yang saya titipkan? Mulai bulan depan, saya saja yang membayarkan SPP. Keputusan si ayah ini menguntungkan pihak sekolah namun disertai ungkapan kesal si ibu: Kenapa sampai ayahnya diberitahu?

Kejadian lainnya serupa kecuali saat kejadian di atas mengambil versi penyelesaian berbeda. Yaitu, “si ayah” (: yang melunasi) meminta kami tidak memberitahukan “si ibu” bahwa pelunasan sudah dilakukan. Kami diminta tetap giat menagih dan “si ibu” melakukan pembayaran, uangnya dimasukkan ke tabungan anak.

3. Penyambutan Ilegal

Secara bergilir kepala sekolah dan guru-guru melakukan penyambutan murid. Lokasi penyambutan di gerbang masuk sekolah. Karena tidak ada penyambutan oleh manajer kelas ketika anak-anak masuk kelas, ya hanya sekali itu ada penyambutan. Sampai suatu hari dan dilanjutkan beberapa hari pemantauan berikutnya, ternyata ada anak yang mengalami 2 kali penyambutan.

Seorang Bapak berdiri di samping motor yang terparkir di depan kelas. Setiap rombongan anak yang muncul membuat pandangannya memindai mereka. Sampai akhirnya seorang anak mendekat. Meraih tangan ayahnya yang terulur dan menciumnya. Si Bapak membalas dengan ciuman di kening si anak. Terjadi perbincangan singkat yang berakhir dengan serah-terima uang jajan.

Versi berbeda ada. Salah satu di antaranya adalah anak yang pihak penjemputnya berganti saat hari jumat atau di antar dari rumah berbeda (dengan hari belajar lainnya) pada hari senin.

4. Guru yang Dicurhati

Kok bisa guru dicurhati masalah keluarga? Apalagi kasus perceraian atau KDRT?

Seorang teman dicurhati karena mereka temanan sejak kuliah. Kebanyakan kasus karena orangtua yang dimintai informasi terkait masalah anak –yang kalau masalahnya berat, dimintai informasi seakan-akan berubah menjadi dimintai tanggung jawab– malah membenarkan dan membeberkan bukti yang lebih rinci, kemudian memohon bantuan setelah mengeluhkan ketidakberdayaannya. Kalau sudah begini ceritanya, teman-teman tidak bisa mengelak. Juga sudah dapat dipastikan pelibatan ini berkepanjangan.

Perceraian berpengaruh pada anak. Perceraian yang tidak dapat diselesaikan dengan baik-baik dipastikan berpengaruh buruk pada anak. Karena itu, upaya keras guru dalam menyelesaikan masalah anak (yang berat-berat), paling banyak menjadi sebab terkuaknya status hubungan suami istri, ayah-bunda si anak.

Categories: SekolahKu