Home > SekolahKu > Melibatkan Orangtua di Sekolah (1): Seleksi Guru

Melibatkan Orangtua di Sekolah (1): Seleksi Guru

Ada 4 tahap seleksi guru di SD Hikmah Teladan:

  1. Seleksi administrasi. Selain penilaian yang standar, kami menyukai pelamar yang memaparkan prestasi dan kekuatan dirinya. Sangat jarang.
  2. Mikro-teaching. Di SD Hikmah Teladan yang kelasnya bebas dan keragaman karakter anaknya sudah mencuat, mikro teaching dapat dengan mudah mengungkap identitas calon guru secara umum.
  3. Wawancara. Kata kunci di wawancara adalah “kejar!”. Di sini nilai dan prinsip kami dipastikan dimiliki pelamar: pikiran terbuka, berpihak pada anak, kenyamanan pada keragaman, daya tahan terhadap stress, resolusi konflik. Kami pernah menolak pelamar yang memiliki kompetensi pribadi dan profesional baik hanya karena ia, dalam bahasa kang Jalal, mendahulukan fiqh di atas akhlak.
  4. Masa uji coba. Ini berlangsung satu tahun. Karena ini menjadi ajang belajar, hanya hal-hal yang berlebihan semata yang membuat seorang calon guru dibatalkan.

Sekalipun bukan harapan yang diikrarkan saat memasuki Tahun Baru, Januari 2010 bersejarah bagi SD Hikmah Teladan karena untuk pertamakali seleksi guru melibatkan orangtua siswa (:Komite Sekolah). Tepatnya, Komite Sekolah terlibat dalam menyeleksi guru bahasa Inggris di tahap seleksi ke 2 dan 3.

Foto-foto Mikro Teaching

Ary Nilandari, Ketua Komite Sekolah SD Hikmah Teladan, seorang pekerja buku dan penerjemah. Ketua Komite Sekolah dijabat beliau setelah hampir 8 tahun menjadi orangtua murid untuk anak pertama dan keduanya. Saya yang mengenalnya sangat berkepentingan beliau menempati posisi tersebut. Beberapa alasan, 1) beliau mengarahkan sikap kritis pada harapan mendorong perkembangan SDHT, 2) memahami bahwa jalan allternatif (sebagaimana sekolah alternatif), terutama sebagai ideal, dipahami sedikit orang, dan lebih sedikit orang menerimanya, semakin sedikit orang berkepentingan menjadi bagian yang menggerakkannya. Beliau dengan yang lain yang tidak melebihi jumlah jari tangan, mengambil aneka ragam peran: juru bicara, pembela, pengiklan, provokator. Suatu hari bersamaan dengan pertemuan pertama orangtua siswa, beliau datang tergesa-gesa, berlari-lari kecil ke arah ‘saung’. “Pertemuan pertama, Pak. Mereka pasti akan bertanya yang sama,” jelas beliau sambil menunjuk saung tanpa menghentikan langkahnya. Saya maklum. Selepas pertemuan beliau menemui saya, “Seperti saya duga. Mereka mempermasalahkannya lagi.”  3) Ini yang saya kenali agak kemudian, beliau moderat dan tipe orang yang membutuhkan data dan akal sehat dalam membaca permasalahan, memberikan penilaian dan mengambil keputusan.

Dalam hal berkontribusi kepada sekolah, beliau orangtua nomor satu. Sepanjang sejarah 10 tahun SDHT, beliau lah yang pernah menjadi orangtua yang mengisi program Teaching Parent terlama dengan jumlah kelas yang dimasuki terbanyak. Jadi, saya tidakk bisa khawatir dengan sepak terjang beliau. Silahkan Bu, saya tunggu gebrakan Ibu yang lainnya.

Duh, foto-fotonya tidak jelas ya. Ada foto beliau yang agak jelas, yaitu saat beliau dengan saya membedah buku Dr. Eva Hoffman “Sukses Ujian Tanpa Stress” dihadapan orangtua siswa kelas 5 dan 6. Anda masih ingat buku “Buku Kerja Kecerdasan Majemuk”? Saat saya tahu beliau penerjemahnya, maka saya meminta beliau mengulas buku ini di depan guru-guru. Wajar kan kalau beliau itu bukan cuma dekat dengan saya tapi dengan teman-teman lain di manajemen, juga tentu dekat dengan guru-guru SDHT.

Categories: SekolahKu
  1. No comments yet.
  1. No trackbacks yet.

Leave a comment