Home > MH. Aripin Ali > Proposal Pembentukan TK/PAUD dan Penguatan SD, SMP di Pelosok Tasikmalaya

Proposal Pembentukan TK/PAUD dan Penguatan SD, SMP di Pelosok Tasikmalaya

Latar Belakang

Tahun 2002 saya dikenalkan dengan organisasi Serikat Petani Pasundan (SPP) yang melakukan advokasi terhadap kasus pertanahan di Jawa Barat. Pertemuan terjadi karena kebutuhan yang tidak terhindarkan untuk mendirikan sekolah di daerah-daerah yang didampingi, baik karena alasan jarak terhadap sekolah terdekat, ketiadaan alat transportasi (yang ada terbatas pun sangat mahal), biaya sekolah, juga untuk kemandirian masyarakat. Jelas, dalam pelatihan kemudian dengan aktivis SPP, saya mengabarkan bahwa bikin sekolah itu mudah. Tidak sesuai kenyatan memang, tapi memprovokasi adalah cara saya berkenalan.

Tahun 2003 saya mulai didesak tuntutan untuk terjun ke lokasi daerah-daerah yang digarap SPP. Daerah pertama yang dikunjungi adalah Pasawahan, Banjarsari, Ciamis. Kalau kenal objek wisata Pangandaran, jalan masuk ke pedalamannya terlewati, bahkan di salah satu tempat di Pasawahan, Pangandaran terlihat. Di sini saya bersama teman-teman, anak dan istri, terlibat dengan masyarakat untuk merancang pembentukan sekolah. Sekolah Tingkat Pertama (SMP) yang disepakati berdiri, sungguh pada kunjungan berikutnya telah berdiri mengambil lokasi di dapur rumah sesepuh Organisasi Tani Lokal Pasawahan. Saya pun mendapatkan tugas baru yaitu mendampingi sekolah di pelosok; menemani teman-teman SPP dan para warga yang keberanian dan semangatnya menggebu dan konsisten.

Selama setahun di Pasawahan berperan mendampingi, tahun 2005 kembali diperankan memprovokasi pendirian sekolah, kali ini di Cieceng, Cikatomas, Tasikmalaya. Medan Pasawahan yang membuat beberapa teman kapok menempuhnya dengan kendaraan setelah terjungkir, tak seberapa dibanding medan ke Cieceng yang dijuluki teman-teman “Negeri di Atas Awan”. Selain medannya, bahwa kenyataan guru-guru yang akan mengajar semua dari warga yang seluruhnya tidak mengenal bangku kuliah, menjadi tantangan baru tersendiri.

s-cieceng-6Saat kami datang, Cieceng merupakan perkampungan baru di tanah sengketa yang diklaim masyarakat. Status tanah sengketa membuat tidak ada warga yang berani membuat rumah permanen. Namun demikian, kalau sekolah juga ternyata gubuk reot yang rombeng, ini semata karena kemampuan masyarakat yang notabene petani miskin. Pada kunjungan paling belakangan, 2008, bangunan di atas sudah ditambah s-cieceng-28beberapa lokal bangunan yang permanen. Lagi-lagi, namun demikian, bangunan permanen yang menjadi paling megah di Cieceng tersebut tidak merubah kenyataan bahwa guru-gurunya tidak bergaji. Sampai kedatangan beberapa teman guru ke Bandung setelah pertemuan terakhir di Cieceng, hidup teman-teman memang menjadi lebih berat dengan profesi tambahan sebagai guru. Salah satu guru generasi muda yang potensial, sekalipun kepergiannya ditangisi, tak bisa mengelak tuntutan keluarga untuk beralih profesi menjadi buruh di kota.

Realita Sekolah di Cieceng dan Kekhasan Masa Depan Pendidikannya

Segala hal yang berlaku umum dalam penyelenggaraan sekolah, kenyataan di Cieceng tak ada yang melampaui standar minimal.

s-cieceng-361. Sumber belajar sekadar untuk pegangan guru pun tidak lengkap. Guru agama, beliau ini lulusan SD, hanya punya buku pegangan Pendidikan Agama Islam kelas 4 dan 6. Sekalipun beberapa guru punya pegangan yang lengkap (dari satu penerbit), secara umum anak-anak tidak mempunyai sumber belajar. s-cieceng-121

2. Sarana belajar untuk anak dan yang dimiliki anak sangat minim. Mungkin tidak ada masalah kenyataan demikian karena kenyataan juga kan mereka hidup di lingkungan demikian. Hanya saja ketika berkeliling di lingkungan Cieceng, saya kecewa menyaksikan pembenaran bahwa kemiskinan berkaitan dengan budaya tidak tertib, lingkungan yang kotor, anak-anak yang tidak ceria dan kucel. Menurut saya sekolah dapat berperan menjungkirbalikan stigma ini: biar miskin tetap sehat, bersih, cerdas dan percaya diri.

3. Memang tertonton saat kami observasi, guru yang mengajar persis dengan buku paket yang dipegangnya dan menulis latihan dengan penyelesaian yang ada di buku, sempat berulang kali menyalahkan anak yang mengerjakan soal s-cieceng-114latihan yang cara penyelesaiannya tidak sesuai dengan beliau. Keterbatasan kompetensi juga berdampak pada tidak bisanya di antara guru bekerja sama saling menutupi. Misalnya kalau guru Matematika berhalangan, guru yang lain tidak bisa menggantikan. Jadi jangan heran bila saat sebuah kelas kosong karena sang guru berhalangan, akan dibiarkan berlalu tanpa kegiatan belajar dan beberapa guru yang tidak bertugas mengobrol santai di bawah rindang pohon samping sekolah.

4. Karena sekolah berdiri di pemukiman yang baru dibuka, masih sangat banyak anak yang selesai menempuh perjalanan ke sekolah harus segera dilanjutkan dengan rehat (panjang saya kira). Pada saat melakukan perjalanan untuk melihat sumber PLTA sederhana yang dimiliki masyarakat, di tengah jalan seorang siswa SMP berpisah jalan untuk menuju rumahnya. Mana? Tanyaku karena tak melihat satupun rumah di hamparan sawah, bukit dan gunung. Si anak menunjuk lereng gunung di mana ada warna putih sebesar telapak tangan (kali) nampak di antara pepohonan. Catatan-catatan yang mencolok demikian sangat memudahkanku untuk menilai kebutuhan sekolah di Cieceng dan terbayang mudahnya bantuan yang akan kami berikan. Hanya saja pandangan ini terus dibayangi dengan kenyataan-kenyataan lain yang memenuhi benakku dengan banyak tanya:

1. Kekuatan lokal apa yang dimiliki masyarakat Cieceng sehingga sekolah yang selayaknya hancur dalam hitungan bulan, telah bertahan lebih dari 4 tahun? Saya harus mengingat lagi beberapa fakta yang berserakan: a. Sekolah Cieceng adalah sekolah milik masyarakat dalam pengertiannya yang kompleks, sehingga seakan tercerabutnya sekolah hampir sama dengan hilangnya identitas masyarakat Cieceng; b. Semua guru adalah aktivis di Oragnisasi Tani Lokal; c. Sekolah adalah satu-satunya tempat (dalam pengertian fisik atau spritualnya) yang dimiliki bersama oleh masyarakat.

2. Bagaimana bisa kedatangan seseorang yang disebut “pak Aripin” yang tak sampai setahun sekalipun bisa mengumpulkan banyak orang dari berbagai daerah? Yakinlah saya sedang tidak sok, melainkan terkejut menyaksikan antusiasme mereka terhadap obrolan seputar dunia pendidikan, sehingga kehadiran saya di Cieceng disertai teman-teman lain datang dari beberapa daerah di Tasikmalaya (Sodong, Taraju), juga keharusan berceramah di depan ibu-ibu (yang pada membawa ramai-ramai anaknya padahal tidak mengenal KB) di desa yang bertetanggaan dengan Cieceng.

3. Anak-anak SMP Cieceng yang melanjutkan ke tingkat menengah atas di Tasikmalaya kota, muncul menjadi anak-anak yang berprestasi secara akademik dan menjadi anak dengan prestasi kepemimpinan sosial yang juga menonjol; bagaimana bisa? Saya kembali teringat dengan apa yang membuat dulu tertarik menjerumuskan diri dengan teman-teman, yaitu kenyataan adanya kesamaan sejarah (sosial) dan ideologis dari teman-teman di daerah sengketa tanah. Kini terbukti itulah kekuatan mereka sesungguhnya. Betapa tidak membuat saya terperangah, ambil saja contoh karakter untuk memimpin diri sendiri (tidak dibawah subordinasi yang lain), ketika anak-anak Cieceng yang boleh dikatakan asal lulus itu kemudian belajar di sekolah yang sarana memadai, guru profesional, sumber belajar mencukupi, dengan alasan karakter tersebut mereka memacu diri agar punya kepantasan memimpin teman-teman (:baca pesaing) barunya. Inilah kekuatan lokal, energi sejarah, yang harus dihargai sebagai kekuatan terbaik untuk masa depan bagi pendidikan di Cieceng.

Gerakan “Bola Salju” Pendidikan Masyarakat Cieceng

Tanggal 17, 18 April 2009 di Pasawahan, saya bertemu dengan teman-teman SPP yang berkecimpung dibagian pendidikan. Ada teman-teman dari Pasawahan dan sekitarnya, Tasikmalaya dan Garut. Saya sendiri ditemani Endar, teman yang sama-sama pernah aktif di Living Values an Educational Program (LVEP) Bandung yang memiliki link untuk pengembangan koperasi, pertanian organik, dan kemungkinan penyediaan sarana dan prasarana.

Oh ya, seperti biasa pertemuan berlangsung asyik. Teman-teman semangat, saya juga asyik menyampaikan hal-hal yang baru saya temukan tentang “menjadi guru” yang beriringan dengan pembentukan budaya sekolah. Diskusinya pun menarik. Ada satu hal baru yang dimunculkan dari diskusi, mereka mewajibkan saya untuk datang ke tempat mereka setidaknya 3 bulan sekali. Sebelumnya saya memang datang tak tentu, bahkan untuk setahun sekali pun. Saya datang kalau ada hal-hal baru (dalam pemikiran pendidikan yang saya pahami); kalau ada masalah di teman-teman yang menurut saya bisa merubah arah perjalanan sekolah teman-teman (misalnya saat sekolah-sekolah di Cieceng akan diakreditasi dan diharapkan oleh pihak dinas jadi sekolah petani percontohan); dan terpenting memang kalau ada keuangan yang mencukupi.

Sekalipun pertemuan selesai pukul 15.00, saya tidak bisa langsung pulang karena ada 2 guru dari Cieceng yang masih dalam perjalanan untuk sengaja menemui saya. Kami bertemu di rumah ketua OTL Pasawahan. Tak lama, paling hanya 45 menit. Namun inilah 45 menit yang membuat hati saya berbunga-bunga. Disampaikan oleh 2 guru yang juga berperan sebagai ustad bahwa ibu-ibu di Cieceng siap untuk membuat TK/PAUD. Wow! Lengkaplah sudah komponen masyarakat Cieceng yang mempedulikan pendidikan. Saya pikir ini merupakan kesempatan bagi saya dapat menemani dan menyaksikan masyarakat yang mempertaruhkan masa depannya melalui pendidikan.  Keren.

Pembentukan TK/PAUD Cieceng dan 3 Desa Lain

Tanggal 21-24 Mei 2009 sudah ditetapkan kami akan di Cieceng untuk 2 agenda:

1. Pembentukan TK/PAUD yang dimulai dengan membangun kepercayaan diri bahwa teman-teman bisa menjadi guru, bisa mengelola sekolah; berikutnya pada saat bersama-sama menata lingkungan belajar, membuat dan mengelola sumber belajar dan praktek mengajar, ditanamkan pada teman-teman betapa asyik menjadi guru dan bersama anak-anak itu.

2. Pendampingan untuk proses akreditasi SD, SMP Darul Hikmah, Cieceng. Akreditasi penting terutama dengan besarnya bantuan yang akan diperoleh sebagaimana yang kini dirasakan teman-teman dengan 4 kelas permanen yang mereka miliki.

3. Penguatan kembali hal-hal yang terkait penyelenggaraan sekolah (SD-SMP Darul Hikmah) melalui diskusi. Pernyataan “melalui diskusi” berarti kegiatan akan berlangsung mengalir. Dalam hal ini sangat penting memastikan team yang datang memiliki kualifikasi atau profesionalisme memadai termasuk perwakilan teman-teman yang menguasai materi mata pelajaran.

Oh ya inilah data guru dan siswa TK/PAUD yang bersama-sama meniti masa depan.

Guru di desa Cikalong, kecamatan Sodong Hilir, kabupaten Tasikmalaya terdiri dari 5 orang:

1. Heni Nur’aeni, perempuan, pendidikan terakhir SMA; 2. Kurnia, lelaki, pendidikan terakhir SMA; 3. Lukman, lelaki, pendidikan terakhir SMP; 4. Titin Patimah, perempuan, pendidikan terakhir SMP.

Jumlah siswa 25 anak, 15 laki-laki, 10 perempuan. Sebagian besar kelahiran 2003-2004, 2 anak lahir 2005, 1 anak lahir 2007. Kebanyakan orangtua bertani, lainnya buruh, dagang, dan wirasawasta.

Di Kampung Pajarbulan, desa Banyuasih, kecamatan Taraju, kabupaten Tasikmalaya, jumlah siswanya lebih banyak, yaitu 27 anak. Mereka terdiri dari laki-laki 15 dan perempuan 12 anak. Variasi tahun kelahiran lebih banyak, 4 anak yang lahir tahun 2001. Ke 27 anak ini didamping 7 orang guru: A. Ahmad Kosasih (SMP), Edwin Wintono S.Pd., Imas Siti Masitoh (SMP), Wiwi Maryamah (SMP), Siti Kodariah (SMP), Ai Nurhayati (SMA), Mae Susanti (SMA).

Oh ternyata Cieceng yang lebih banyak siswanya, ada 38 anak. Ternyata ini karena mereka berasal dari 2 kampung. Hebat, 100% orangtuanya adalah petani. Usia anak sangat beragam, mulai dari kelahiran 2002-2007. Pendamping mereka 7 orang: Eka Saodah dan Ai Susanti pendidikan lulus SMP dan inilah lulusan SMPI Darul Falah yang tidak melanjutkan ke jenjang berikutnya; Lilis, Ade Komah, Tuti, Ai Susanti, Wiwin, Rina, Suryati, semuanya lulusan SD dan sebagi ibu rumah tangga; Linda dan Teti lulus MTS.

paud-sodong-oke

Ragam Bantuan yang Dapat Diberikan

1. Kepastian berapa orang, sebut saja anggota team, yang berangkat tergantung pada dana yang terkumpul. Sampai saat ini kegiatan saya (dan teman-teman yang berganti-ganti alias tidak ada yang tetap) memang tidak berdonatur tetap. 3 tahun awal sempat tetap dengan menggunakan uang yang diperoleh dari pemotongan 20% terhadap penghasilan konsultan pendidikan tempat saya bekerja. Inilah periode di mana saya selalu pergi dengan guru-guru SD Hikmah Telandan (tempat sekolah yang menggunakan jasa konsultan kami). Sebab itu, silahkan melancarkan kegiatan kami dengan mentransfer ke rekening saya: BCA, KCP Abd Rahman Saleh, 5150854522, an. MH. Aripin Ali.

2. Apa saja yang dipandang layak dan pantas, biasanya selalu saya cari dan dibawa karena selama ini itu jadi oleh-oleh yang diterima dengan suka cita. Yang sering saya bawa adalah buku-buku yang diberikan oleh Ali Abdullah. Ketika beliau bercerita tentang pakaian reject dari butik istrinya, saya serta merta menyediakan diri untuk membawanya. Saya jadi ingat dengan anak-anak SMP dan SMK Pertanian Pasawahan ketika ditanya sedang masak apa (buat makan pagi kami semua)? Jawabannya, “Biasa waluh.” Waluh itu labu siam yang memang banyak ditanam di sekitar sekolah. Sebulan sekali ada pasokan lauk tambahan, yaitu ikan asin dari teman kepala sekolah di Pangandaran yang memproduksinya.

3. Sekitar tahun ajaran baru akan ada serombongan guru baik dari Tasikmalaya, Garut, Ciamis yang akan magang di beberapa sekolah di Bandung (mungkin juga Jakarta dan beberapa tempat lain). Bila ada teman-teman yang dapat memberi tempat (sekolah tujuan magang) atau kebutuhan selama magang, silahkan memberitahu kami.

Penutup

Terimakasi.

Cimahi, 21 April 2009

MH. Aripin Ali

Categories: MH. Aripin Ali
  1. April 21, 2009 at 9:29 am

    silaturrahmi semoga bawa berkah 🙂

  2. July 21, 2009 at 5:23 am

    Wow…hebat skali perjuangan tim anda,dan perjuangan guru2 jg masyarakat disana. Tulisan ini smakin menguatkan mimpi saya swaktu msh remaja utk menjadi guru & mengabdi pd masyarakat. Teruslah bjuang,jgn patah smangat!

  3. August 23, 2009 at 8:16 am

    semoga perjuangannya tida sia2.
    semoga sukses…
    maju terus pantang mundur…
    salam…

  4. November 3, 2009 at 9:30 am

    Tugas yang sangat mulia…

  5. November 19, 2009 at 7:50 am

    selamat berjuang dan do’kan kami juga bisa.

  6. eni irianty
    December 27, 2009 at 2:11 pm

    Semoga menambah spirit dan inspirasi bagi para pejuang pendidikan yang lainnya

  7. Chandra Nurafriana
    January 1, 2010 at 3:23 am

    Assalamu’alaikum wr,wb

    Begitu mulia sekali pak, ingin rasanya saya bisa mengikuti jejaknya taoi saya masih bingung dengan tahapan awal yg mesti saya lakukan itu apa??

  8. Chandra Nurafriana
    January 1, 2010 at 3:24 am

    Bolehkah saya minta tips n triks nya???

  9. Iqbal Ramadhany
    March 30, 2010 at 7:34 am

    Assalamu’alaikum wr,wb

    “from zero to hero”, semangat pak ali,,

  10. hanny
    May 31, 2010 at 1:17 pm

    ya saya sangat salut dengan perjuangannya, saya juga sedang merintis membuka paud ada banyak juga tantangannya, tetapi saya ingin juga seperti tim anda kalo boleh saya minta kiat2nya supaya tim bisa kompak, thks ya…….

  11. yuyun wahyu priatin
    November 25, 2010 at 6:28 am

    assalamualaikum wa. wb
    mz aq seneng dengan proposal yg sdh mz buat tersebut diatas,benar2 jd spirit buat aq & aq berharap aq bisa tularkan semangat yang mz tungkan diatas kepada teman & ibu2 didesaq
    desaq masih kurang berminat dengan pendidikan untuk anak usia dini bagi mereka saat ini cukup sekolah dasar dan lanjutan saja tak jadi soal, padahal perkembanghan zaman menuntut qt untuk berpendidikan yang lbh baik,karena pada saat ini orientasi yg mrk miliki adalah sekolah untuk cari uang padahal seharusnya bkn begitu,betul g mz?
    Insya Allah aq dan beberapa teman azkan mendirikan PAUD di desaq mohon doa dan sarannya ya mz,cz aq masih belum paham bgt tentang dunia pendidikan

  12. January 31, 2011 at 4:30 am

    semoga sukses selalu,,,,

  13. marni ajrina
    February 15, 2011 at 10:36 am

    perjuangan anda menginspirasi saya untuk menjadi “more than teacher” bagi murid-murid saya di Perguruan SD Panca Budi medan kisah anda saya ceritakan pada murid2 saya bahwa banyak teman2 yang sekolah dan berprestasi dikelas yang sangat sederhana dibanding dengan sekolah mereka dan siapa tahu ada yang mau ikut kirim bantuan

  1. No trackbacks yet.

Leave a reply to yuyun wahyu priatin Cancel reply